Surga Seorang Istri

Surga Seorang Istri

Amalan yang Bisa Membawa Istri kepada Pahala dan Surga Allah

Sungguh, Islam memang luar biasa. Akad pernikahan yang dilakukan oleh seorang laki-laki muslim kepada wali seorang perempuan, selain bernilai ibadah, juga bernilai pahala. Bahkan, Allah akan menghadiahkan surga bagi mereka yang menikah. Tentu saja jika keduanya menjalani kehidupan pernikahannya sesuai syariat Islam.

Mari menadaburi nas-nas yang berkaitan dengan hal ini.

Pertama, mencintai pasangan karena Allah akan membawa kepada surga.

Perasaan tulus karena Allah akan membawa seseorang pada kemurnian cinta. Rida Allah lebih berharga dari segalanya, sehingga ia akan tulus mencintai pasangannya karena Allah Taala.

Umat muslim yang berbuat demikian, kelak akan diberikan hadiah oleh Allah Swt. berupa surga. Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw. bersabda,“Sesungguhnya orang-orang yang saling mencintai, kamar-kamarnya di surga nanti terlihat seperti bintang yang muncul dari Timur atau bintang Barat yang berpijar. Lalu ada yang bertanya, “Siapa mereka itu?” “Mereka itu adalah orang-orang yang mencintai karena Allah Azza wa Jalla.” (HR Ahmad).

Makin jelas bahwa saling mencintai karena Allah, baik amal dan akhlaknya, akan membawa kepada cinta yang hakiki.

Rasulullah saw. bersabda, “Tiga hal, apabila ketiganya ada pada diri seseorang, niscaya ia merasakan betapa manisnya iman; apabila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dibandingkan selain dari keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya, kecuali karena Allah, dan ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya bagaikan kebenciannya apabila hendak diceburkan ke dalam kobaran api.” (Muttafaqun ‘alaih).

Kedua, taat kepada suami akan berbuah surga.

Banyak sekali nas yang memerintahkan seorang istri untuk taat kepada suaminya. Tidak hanya itu, Allah juga akan memberikan pahala yang besar, bahkan Rasulullah saw. menjanjikan sesuatu yang paling menggiurkan, yaitu ia bisa masuk surga melewati pintu yang mana saja. Masyaallah.

Rasulullah saw. bersabda, “Apabila seorang istri melaksanakan salat lima waktu, puasa Ramadan, menjaga kehormatannya, dan menaati suaminya, maka dikatakan kepadanya, ‘Masuklah ke dalam surga dari pintu yang mana saja.'” (HR Ahmad).

Seorang istri wajib menaati suaminya dalam seluruh perintah dan keinginannya, selama bukan berbuat dosa atau maksiat kepada Allah Swt., karena hak Allah Swt. lebih agung dari hak siapa pun. Oleh karenanya, menaati Allah harus lebih didahulukan dari siapa pun selain-Nya.

Ketiga, selalu mengharapkan rida suami.

Rasulullah saw. bersabda, “… Dan maukah aku tunjukkan kepada kalian perempuan ahli surga? Yaitu setiap istri yang penuh cinta kepada suami, serta penyayang kepada anaknya, yang ketika suaminya marah kepadanya ia berkata, ‘Inilah tanganku berada di tanganmu. Aku tidak bisa tidur memejamkan mata hingga engkau rida kepadaku.'” (HR An-Nasa’i).

Dari Ummu Salamah ra., ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda,

أَيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَنْهَا رَاضٍ دَخَلَتِ الْجَنَّةَ

“Perempuan mana saja yang meninggal dunia, lantas suaminya rida padanya, maka ia akan masuk surga.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Rida suami yang saleh terhadap istrinya akan membawa sang istri kepada surga-Nya. Sebaliknya, ketidakridaan seorang suami terhadap istrinya akan membawa sang istri kepada neraka-Nya.

Al-Munawi rahimahullah berkata, “Suami adalah sebab yang memasukkan istri ke surga karena ridanya kepada istrinya dan sebab yang memasukkan istri ke neraka karena kemarahannya. Oleh karenanya, perbaguslah mempergaulinya dan janganlah menyelisihi perintahnya yang bukan maksiat kepada Allah.” [Faidhul Qodir, 3/78]

Keempat, melayani suami sepenuh hati.

Dalam sebuah hadis diterangkan bahwa perempuan baik yang disebut Rasulullah saw. adalah ia yang memberikan pelayanan kepada suaminya sebaik mungkin. Perempuan tersebut akan menjadi contoh teladan umat yang salihah dan sosok terbaik di mata Allah Swt., Rasul-Nya dan suaminya.

Rasulullah saw. pernah bersabda, “Perempuan terbaik yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, menaati suami jika diperintah, tidak menyelisihi pada diri dan hartanya, melayani suami sebaik mungkin, dan menjauhkan suami dari benci.” (HR Ahmad).

“Seorang suami yang pulang ke rumah dalam keadaan gelisah dan tidak tenteram, kemudian sang istri menghiburnya, maka ia akan mendapatkan setengah dari pahala jihad.” (HR Muslim).

Kelima, perempuan yang mengerjakan pekerjaan rumah tangga, pahalanya setara dengan laki-laki berjihad.

Seorang istri yang melakukan pekerjaan rumah tangga dengan penuh keikhlasan adalah muslimah istimewa. Ini karena semua pekerjaan rumah tangga yang dikerjakannya, pahalanya setara dengan upaya para mujahidin di jalan Allah Taala.

Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis, Anas bin Malik ra. mengatakan bahwa beberapa perempuan pernah mendatangi Rasulullah saw.. Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, para lelaki mempunyai keistimewaan dapat pergi berjihad di jalan Allah, sedangkan kami tidak punya pekerjaan yang pahalanya setara dengan para mujahidin di jalan Allah.” Setelah mendengar penuturan para perempuan itu, maka Rasulullah saw. bersabda, “Pekerjaan rumah tangga seorang di antaramu, pahalanya setara dengan jihadnya para mujahidin di jalan Allah.”

Keenam, berhias untuk suami.

Seorang istri salihah yang mencintai suaminya akan berusaha merawat dirinya untuk menyejukkan pandangan mata suami sehingga suami tidak memandang perempuan lain yang bukan haknya.

Ia berhias ketika di rumah dan pada saat berada di samping suaminya. Ia memakai parfum yang menghangatkan penciuman suaminya, tetapi ia tidak memakainya ketika keluar rumah. Seorang istri yang berhias untuk suaminya bernilai ibadah. Seorang istri bisa berhias untuk suaminya kapan saja, sejauh tidak menyebabkan kewajibannya terlalaikan.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah disebutkan, “Pernah ditanyakan kepada Rasulullah saw., “Siapakah yang paling baik?” Jawaban beliau, “Yaitu, yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, menaati suami saat diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci.” (HR An-Nasa’i).

Ketujuh, menunjukkan cinta kepada suami saat di dekatnya.

Seorang istri hendaknya senantiasa menunjukkan rasa cintanya kepada suami, apalagi saat suami di dekatnya. Sebab, salah satu tujuan berumah tangga adalah untuk membentuk keluarga yang saling mencintai.

Rasulullah saw. bersabda, “… Dan maukah aku tunjukkan kepada kalian perempuan ahli surga? Yaitu, setiap istri yang penuh cinta kepada suaminya, serta penyayang kepada anaknya, yang ketika suaminya marah kepadanya, ia berkata, ‘Inilah tanganku berada di tanganmu. Aku tidak bisa tidur memejamkan mata hingga engkau rida kepadaku.'” (HR An-Nasa’i).

Kedelapan, gembira dan tersenyum di hadapan suami.

Selalu tersenyum dan menampakkan wajah berseri-seri di hadapan orang lain akan memberikan ketenteraman bagi orang yang melihatnya. Demikian halnya, selalu tersenyum dan berseri-seri terhadap orang-orang terdekat, seperti keluarga, kerabat, bahkan suami, tentu lebih dianjurkan.

Rasulullah saw. pernah berpesan kepada putrinya, Fatimah ra. agar senantiasa tersenyum dan menjaga raut muka berseri-seri di hadapan suami. Pasalnya, senyum seorang istri terhadap suaminya memiliki ganjaran besar dari AllahTaala.

Rasulullah saw. bersabda, “Wahai Fatimah, tiada seorang istri yang tersenyum di hadapan suaminya, kecuali Allah akan memandangnya dengan pandangan kasih (rahmat).”

Masih banyak lagi amalan yang bisa membawa seorang perempuan yang telah menikah menuju pahala dan surga Allah Taala. Jika semua ini dilakukan, dengan izin Allah, kehidupan rumah akan selalu harmonis dan penuh kasih sayang.

Dengan memahami ini semua, sesungguhnya seorang perempuan tidak perlu takut menikah. Yang harus ia lakukan adalah terus memahami Islam dan melayakkan diri agar mendapat pasangan saleh yang diridai Allah Taala. Amin. Wallahualam bissawab. [MNews/YG]

Taat kepada suami menjadi sebuah kewajiban bagi seorang Muslimah yang telah menikah. Meski demikian, ketaatan istri kepada suami harus terlepas dari segala kemaksiatan. Dalam HR Ahmad, Nabi SAW pernah bersabda, "Jika seorang wanita menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya; niscaya akan dikatakan padanya:...

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Taat kepada suami menjadi sebuah kewajiban bagi seorang Muslimah yang telah menikah. Meski demikian, ketaatan istri kepada suami harus terlepas dari segala kemaksiatan.

Dalam HR Ahmad, Nabi SAW pernah bersabda, "Jika seorang wanita menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya; niscaya akan di katakan padanya: 'Masuklah ke dalam surga dari pintu mana pun yang kau mau'."

Dalam pernikahan, suami bisa menjadi surga atau neraka bagi seorang istri. Keridhaan suami menjadi ridha Allah SWT. Istri yang tidak diridhai suaminya karena tidak taat, dikatakan sebagai istri yang durhaka atau kufur nikmat.

Dalam HR Bukhari Muslim, Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa baginda melihat wanita merupakan penghuni neraka terbanyak. Seorang wanita bertanya mengenai alasan hal tersebut. Nabi menjawab di antaranya karena wanita banyak yang durhaka pada suaminya.

Dalam surah an-Nisa ayat 34, Allah SWT berfirman, "Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (isteri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dan hartanya." Ketaatan seorang istri akan memengaruhi kelanggengan dan keharmo nisan sebuah hubungan keluarga. Islam pun memuji istri yang taat kepada sua minya. Istri yang taat dianggap sebagai wanita terbaik.

Dari Abu Hurairah ra, Ia berkata, "Pernah ditanyakan kepada Rasulullah SAW, "Siapakah wanita yang paling baik?" Jawab beliau, "Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, menaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci."

Rasulullah SAW pernah bersabda tentang sifat wanita penghuni surga. Ia berkata, "Wanita-wanita kalian yang menjadi penghuni surga adalah yang penuh kasih sayang, banyak anak, dan banyak kembali (setia) kepada suaminya. Apabila suaminya marah, ia mendatanginya dan meletakkan tangannya di atas tangan suaminya dan berkata, 'Aku tidak dapat tidur nyenyak hingga engkau ridha'."

Dikisahkan pada zaman Rasulullah, ada seorang wanita yang datang dan mengadukan perlakuan suaminya ke pada Rasul. Dari Hushain bin Mihshan, bahwasanya saudara perempuan dari bapaknya (yaitu bibinya) pernah mendatangi Rasulullah karena ada suatu keperluan. Setelah ia menyelesaikan ke perluannya, Nabi bertanya, "Apakah engkau telah bersuami?" Ia menjawab, "Sudah." Beliau bertanya lagi, "Bagaimana sikapmu kepada suamimu?", Ia menjawab, "Aku tidak pernah mengurangi (haknya) kecuali yang aku tidak mampu mengerjakannya." Mendengar hal itu Nabi menjawab, "Perhatikanlah bagaimana hubunganmu dengannya karena suamimu (merupakan) surgamu dan neraka."

Kewajiban lain dari seorang istri adalah benar-benar menjaga amanah suami di rumahnya. Baik menjaga harta suami hingga rahasia-rahasianya, dan bersungguh-sungguh mengurus urus an-urusan rumah. Rasulullah SAW ber sabda, "Dan wanita adalah penanggung jawab di rumah suaminya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban."

Namun, ketaatan yang harus dila kukan oleh seorang istri kepada suami adalah hal-hal yang ma'ruf dan baik da lam hal agama. Ajakan untuk kebaik an, seperti shalat, berpuasa, menggunakan pakaian syari, dan menghadiri majelis ilmu.

Kewajiban istri untuk menaati suaminya bukan sebuah ketaatan tanpa batas an. Dalam HR Al-Bukhari disebutkan, "Tidak ada ketaatan dalam hal berbuat Maksiat, tetapi ketaatan adalah pada hal-hal yang baik." Ketaatan istri ini harus dibarengi oleh sikap suami yang suka berkonsultasi dan meminta masukan dari istrinya, komunikasi seperti ini bisa memperkuat ikatan dalam keluarga.

Di antara keutamaan istri yang taat pada suami adalah akan dijamin masuk surga. Ini menunjukkan kewajiban besar istri pada suami adalah mentaati perintahnya.

Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَنْهَا رَاضٍ دَخَلَتِ الْجَنَّةَ

“Wanita mana saja yang meninggal dunia lantas suaminya ridha padanya, maka ia akan masuk surga.” (HR. Tirmidzi no. 1161 dan Ibnu Majah no. 1854. Abu Isa Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan gharib. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

Yang dimaksudkan dengan hadits di atas adalah jika seorang wanita beriman itu meninggal dunia lantas ia benar-benar memperhatikan kewajiban terhadap suaminya sampai suami tersebut ridha dengannya, maka ia dijamin masuk surga. Bisa juga makna hadits tersebut adalah adanya pengampunan dosa atau Allah meridhainya. (Lihat Nuzhatul Muttaqin karya Prof. Dr. Musthofa Al Bugho, hal. 149).

Begitu pula ada hadits dari ‘Abdurrahman bin ‘Auf, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِى الْجَنَّةَ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

“Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” (HR. Ahmad 1: 191 dan Ibnu Hibban 9: 471. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Dengan ketaatan seorang istri, maka akan langgeng dan terus harmonis hubungan kedua pasangan. Hal ini akan sangat membantu untuk kehidupan dunia dan akhirat.

Islam pun memuji istri yang taat pada suaminya. Bahkan istri yang taat suami itulah yang dianggap wanita terbaik.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,

قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ

Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci” (HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)

Sebagian istri saat ini melupakan keutamaan taat pada suami. Sampai-sampai menganggap ia harus lebih daripada suami sehingga dialah yang mesti ditaati karena karirnya lebih tinggi dan titelnya lebih mentereng. Wallahul musta’an.

Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.

Selesai disusun di Darush Sholihin, 4 Safar 1436 H

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.

Wenn dies deiner Meinung nach nicht gegen unsere Gemeinschaftsstandards verstößt,

Setiap suami hendaklah bijaksana dan pandai memberi pengajaran atau wasiat kebajikan kepada istrinya. Sebaliknya, setiap istri hendaknya mengetahui hak-hak suaminya. Sebab, perkara yang pertama kali dipertanggungjawabkan seseorang di hari kiamat adalah keluarganya (istri) dan anak-anaknya.

Allah juga mengingatkan kita dalam Alqur'an: "Wahai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka". (Surah At-Tahrim ayat 6).

(etika rumah tangga) Karya Syeikh Muhammad bin Umar An-Nawawi, Rasulullah SAW bersabda (yang artinya): "Pertama kali yang ditanyakan (dihisab) kepada seorang istri pada hari kiamat adalah tentang salatnya dan suaminya."

Kata Beliau SAW, "Ada empat macam perempuan yang masuk surga dan empat macam perempuan yang lain masuk neraka."

1. Istri yang memelihara kesucian (kehormatan dirinya).

2. Istri yang menaati perintah Allah dan menaati suaminya.

3. Banyak anaknya, penyabar, mudah menerima pemberian sedikit dari suaminya, mempunyai rasa malu. Kalau suaminya tidak ada di rumah, ia memelihara dirinya dan harta suaminya. Kalau suaminya sedang di rumah ia mengekang lisannya.

4. Isteri yang ditinggal mati suaminya, ia mempunyai anak banyak tetapi ia menahan diri untuk kepentingan anak-anaknya. Memelihara dan berlaku baik pada mereka dan tidak menikah lagi karena khawatir jika menyia-nyiakan anak-anaknya itu.

1. Istri yang berlisan buruk pada suaminya, kalau suaminya sedang pergi ia tidak menjaga kehormatan dirinya. Jika suaminya berada di rumah lisannya terus mencerca dengan kata-kata yang buruk.

2. Istri yang membebani suaminya dengan beban yang tidak sanggup dipikulnya.

3. Istri yang tidak menutup dirinya dari lelaki lain, bahkan keluar rumah dengan dandanan berlebihan.

4. Istri yang tidak mempunyai aktivitas lain kecuali makan, minum, tidur dan tidak mempunyai kecintaan untuk melaksanakan salat, tidak menaati Allah dan Rasul-Nya dan tidak berusaha menaati suaminya.

Dari Sahabat Sa'ad bin Waqash, mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya seorang istri jika tidak membesarkan hati suaminya sewaktu mengalami kesempitannya, maka Allah akan melaknatnya dan begitu pula para malaikat semuanya ikut melaknat dirinya." (Baca Juga: Kisah Perempuan yang Selalu Berbicara dengan Bahasa Alquran)

Abu Ayyub Al-Anshari pernah mendengar bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Di langit dunia, Allah menciptakan (menempatkan 70.000 malaikat, dimana mereka melaknati setiap istri yang menghianati suaminya dalam penggunaan hartanya. Di hari kiamat kelak mereka dikumpulkan bersama para tukang sihir, para dukun, kendati sepanjang hidupnya dihabiskan untuk melayani suaminya".

Kemudian, Rasulullah SAW bersabda: "Allah mengharamkan setiap orang masuk surga sebelum aku, hanya saja melihat dari sebelah kananku seorang perempuan yang mendahului aku menuju pintu surga. Aku bertanya "Bagaimana perempuan ini mendahuluiku? Dijawab: "Hai Muhammad, dia adalah perempuan yang bagus. Ia mempunyai anak-anak yatim tetapi ia bersabar merawat mereka hingga mencapai usia baligh. Lalu dia bersyukur kepada Allah terhadap semua itu".

Pernikahan Adalah Ladang Pahala dan Surga bagi Seorang Istri

Dalam sebuah hadis diceritakan oleh sahabat Hushain bin Mihshan bahwa bibinya pernah mendatangi Nabi saw. untuk suatu keperluan. Setelah urusannya selesai, Nabi bertanya kepadanya, “Wahai fulanah sudah bersuamikah kamu?” “Sudah,” jawabku. Beliau bersabda lagi,“Bagaimana kewajibanmu terhadap suamimu?” Aku menjawab, “Aku melayaninya dengan sungguh-sungguh kecuali dalam hal yang aku tidak mampu.” Beliau bersabda lagi,“Bagaimana kedudukanmu darinya? Sesungguhnya, suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR Hakim).

Dalam riwayat lain, “Apakah kamu mempunyai suami?” Ia menjawab, “Ya.” Beliau bertanya lagi, “Bagaimanakah sikapmu terhadapnya?” Ia menjawab, “Aku tidak pernah mengabaikannya, kecuali terhadap sesuatu yang memang aku tidak sanggup.” Beliau bersabda, “Perhatikanlah posisimu terhadapnya. Sesungguhnya yang menentukan surga dan nerakamu terdapat pada (sikapmu terhadap) suamimu.” (HR Ahmad).

Sesungguhnya di dalam hadis ini Rasulullah saw. menegaskan kedudukan suami di hadapan istrinya. Bahwa sesungguhnya, suami adalah ladang pahala bagi istrinya. Artinya, apabila seorang istri berbakti kepada suaminya, maka surga Allah akan selalu menantinya. Sebaliknya, jika seorang istri durhaka kepada suaminya, maka nerakalah ancamannya.

Hadis lain menegaskan juga tentang hal ini, “Sekiranya aku boleh memerintahkan seseorang sujud kepada orang lain, maka akan aku perintahkan seorang istri sujud kepada suaminya. Sekiranya seorang suami memerintahkan istrinya untuk pindah dari gunung Ahmar menuju Gunung Aswad, atau dari Gunung Aswad menuju gunung Ahmar, maka ia wajib untuk melakukannya.” (HR Ibnu Majah).

Penulis: Najmah Saiidah

Muslimah News, KELUARGA — Belakangan ini, ramai diberitakan di media sosial tentang fenomena ketakutan menikah pada kalangan Gen Z, terutama kaum perempuannya. Penyebabnya adalah banyak permasalahan yang menimpa keluarga, seperti, perceraian, perselingkuhan, dan sebagainya.

Ini membuktikan bahwa mental generasi muda kita tidak sedang baik-baik saja. Di sisi lain, maraknya perselingkuhan membuktikan bahwa dalam kehidupan pernikahan terjadi kemaksiatan.

Kondisi ini tentu memprihatinkan. Kelompok yang satu takut untuk menikah, sedangkan kelompok lainnya justru mempermainkan pernikahan. Bagaimana sesungguhnya mereka memaknai sebuah pernikahan?

Dalam pandangan Islam, pernikahan merupakan kehidupan persahabatan antara suami dan istri sebagai persahabatan yang sempurna. Suami maupun istri dapat menikmati ketenangan, ketentraman, dan kebahagiaan yang mereka bangun bersama. Tentu saja dengan menjadikan akidah dan syariat Islam sebagai pijakan membangun rumah tangga. Bahkan dengan menikah, setiap muslim akan bisa menyempurnakan separuh agamanya, sebagaimana sabda Rasulullah saw.,

إِذَا تَزَوَّجَ العَبْدُ فَقَدْ كَمَّلَ نَصْفَ الدِّيْنِ ، فَلْيَتَّقِ اللهَ فِي النِّصْفِ البَاقِي

“Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah kepada Allah pada separuh yang lainnya.” (HR Al-Baihaqi).

Jika demikian halnya, apa yang harus ditakutkan? Pernikahan adalah hukum syarak yang diperintahkan Allah Taala. Ini artinya, jika dilaksanakan akan mendatangkan pahala. Yang harus dilakukan adalah mempersiapkan pernikahan dengan matang, menguatkan keimanan, membekali diri dengan pemahaman Islam yang benar tentang pernikahan, memilih pasangan sesuai perintah Allah, yaitu memilih karena agamanya, dan tentu saja melayakkan diri untuk mendapatkan pasangan saleh.

Lebih dari itu, jika kita menelusuri nas-nas, akan mendapati bahwa pernikahan merupakan ladang pahala bagi dua insan, baik laki-laki yang nantinya menjadi suami, maupun perempuan yang nantinya setelah menikah akan menjadi istri.

Anda mungkin ingin melihat